"Antrean Pertamax, Bukan Soal Kualitas…"

NAGA333 - Kasus dugaan korupsi terkait pengoplosan Pertamax oleh petinggi PT Pertamina kini menjadi sorotan publik. Banyak masyarakat merasa dikhianati oleh tindakan yang mencederai kepercayaan terhadap kualitas bahan bakar yang selama ini mereka gunakan.

"Antrean Pertamax, Bukan Soal Kualitas…"

Tomi (41), warga Kabupaten Pesawaran, baru menyadari bahwa pembelian Pertamax yang rutin dilakukannya sebenarnya hanya memberikan keuntungan berupa kemudahan dalam antrean. Dalam seminggu, ia biasanya mengisi Pertamax dua hingga tiga kali untuk sepeda motor Yamaha F15 yang digunakan dalam aktivitas sehari-hari. "Dari dulu isi Pertamax terus, mulai dari motor matik sampai sekarang," kata Tomi melalui WhatsApp, Rabu (26/2/2025). Ia menghabiskan sekitar Rp 700.000 setiap bulan demi menjaga performa mesin motornya tetap optimal. "Ternyata cuma oplosan, nggak ada bedanya sama Pertalite. Jadi kayak cuma beli antrean aja," ujarnya dengan nada kecewa.

Aditama (38), salah satu warga, juga menyampaikan alasan serupa. Selama ini ia memilih menggunakan Pertamax untuk menghindari antrean panjang saat mengisi Pertalite. "Pakai Pertamax biar nggak antre, selisih harganya sedikit nggak masalah," ujarnya. Namun, ia mengaku sangat kecewa setelah mendengar dugaan korupsi tersebut. "Dengan gaji besar, kok masih korupsi? Kita yang rugi karena bayar lebih mahal. Lebih baik balik ke Pertalite," keluhnya.

Dilansir oleh NAGA333, Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menetapkan Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan (RS), sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang pada PT Pertamina Subholding serta Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) periode 2018-2023. Menurut Kejagung, PT Pertamina Patra Niaga diduga membeli Pertalite, kemudian mencampurnya untuk dijual sebagai Pertamax dengan harga lebih tinggi. Kasus ini memicu kekecewaan besar di masyarakat yang merasa dirugikan oleh praktik tersebut.

Sementara itu, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, memastikan bahwa kualitas Pertamax yang beredar tetap sesuai dengan spesifikasi pemerintah, yaitu RON 92. "Produk yang masuk ke terminal BBM Pertamina adalah produk jadi dengan RON masing-masing—Pertalite RON 90 dan Pertamax RON 92," ungkap Heppy dalam keterangan resmi yang diterima NAGA333, Rabu (26/2/2025). Ia juga menjelaskan bahwa proses di terminal BBM hanya melibatkan injeksi warna (dyes) untuk membedakan produk serta injeksi aditif guna meningkatkan performa Pertamax. "Tidak ada pengoplosan atau perubahan RON. Masyarakat tidak perlu khawatir dengan kualitas Pertamax," ujarnya.

0 Komentar